Dua Hal Perusak Amal
“Seorang
yang merasa punya amal kebaikan meraksasa laksana gunung, karena Riya’ bisa
menjadi laksana debu beterbangan.”
Berbuat kebaikan memang hal
yang mudah dilakukan, tetapi kita harus berhati-hati, tidak boleh lupa diri.
Syeitan sebagai musuh manusia sejak dahulu akan selalu mengganggu, menyeret
manusia ke dalam kesesatan yang berujung pada kerugian. Syaitan akan berusaha
agar manusia terkotori keikhlasannya tatkala beramal kebajikan. Dua senjata
yang dipakai adalah melontarkan rasa riya’
dan sum’ah.
Riya’
berasal dari kata riya’un yang
artinya memperlihatkan. Riya’ adalah perbuatan yang dilakukan bukan karena
Allah SWT. Sum’ah artinya memperdengarkan suatu perbuatan baik yang
sebelumnya dilakukannya secara tersembunyi, tapi kemudian diceritakan kepada
orang lain. Riya dan sum’ah termasuk syirik kecil.
Ada 3 tanda pada orang yang
berbuat riya’ dan sum’ah :
1. Bila
mendapat sanjungan akan bersemangat dalam beramal, sebaliknya bila tidak ada
pujian atau bahkan dicela menjadi malas atau enggan.
2. Saat
di tengah orang banyak kelihatan giat beramal baik, sementara saat sendirian
menjadi malas.
3. Berusaha
mengesankan diri sebagai orang yang shaleh dan sungguh-sungguh menjauhi
larangan Allah SWT, tapi saat sendiriam sangat mudah melanggar
larangan-larangan tersebut.
Riya’
dan
sum’ah merupakan dua hal yang
kelihatan samar, Rasullulah menggambarkan sebagai seekor semut hitam yang
berjalan di atas batu licin yang hitam di tengah hitamnya malam. Sangat samar,
dan tidak kelihatan oleh orang lain. Sementara keduanya mempunyai daya hancur
yang sangat hebat.
Rasullulah SAW bersabda : “Aku beritahukan tentang kaum-kaum umat ku, mereka datang pada hari
kiamat dengan kebaikan-kebaikan seperti gunung-gunung mekah yang putih. Namun Allah
menjadikan kebaikan-kebaikan itu seperti debu beterbangan. Bukankah mereka
saudara-saudara mu juga? Mereka bangun di di tengah malam, sebagaimana kalian,
akan tetapi bila mereka sendirian, mereka melanggar larangan Allah.” (riwayat
Ibnu Majah)
Mari kita renungi sabda Rasulullah SAW berikut :
“Orang yang
pertama-tama diadili kelak di hari kiamat, ialah orang yang mati syahid. Orang itu
akan dihadapkan ke pengadilan Allah. Lalu diingatkan kepadanya nikmat-nikmat
yang diperolehnya, maka dia mengakuinya. Kemudian dia ditanya, “Apakah yang
engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu ?” Dia menjawab, “Aku berperang untuk
agama Allah sehingga aku mati syahid. “Firman Allah, “engkau dusta!
Sesungguhnya engkau berperang supaya dikatakan gagah berani dan gelar itu telah
engkau peroleh.”
Kemudian
dia diseret dengan muka telungkup lalu dilemparkan ke neraka.”
Setelah
itu dihadapkan orang alim (yang berilmu) yang belajar dan mengajarkan ilmunya
serta membaca Al-Qur’an. DiingatkanNya semua nikmat yang telah diperolehnya,
semua diakuinya. Kemudian ditanya, “apa yang engkau perbuat dengan
nikmat-nikmat itu ?’Ia menjawab, “aku belajar, mengajar, dan membaca Al-Qur’an
karena engkau. Allah kemudian berfirman, “engkau dusta ! sesungguhnya engkau
belajar dan mengajar supaya disebut orang alim, dan engkau membaca Al-Quran
supaya dikatakan qari’(pembaca), dan semua telah engkau dapatkan. Kemudian dia diseret
dengan muka menghadap tanah lalu dilempar ke neraka.
Sesudah
itu dihadapkan pula orang yang diberi kekayaan oleh Allah dengan berbagai macam
harta. Semua kekayaannya dihadapkan kepadanya lalu diingatkan segala nikmat
yang telah diperolehnya, dan ia pun mengakuinya. Kemudian ia ditanya, ‘Apa yang
telah engkau perbuat dengan harta sebanyak itu ?” Ia menjawab, “Setiap bidang yang
Engkau sukai tidak ada yang ku tinggalkan, melainkan aku sumbangkan semuanya
karena Engkau. Allah pun berfirman, “engkau dusta ! sesungguhnya engkau
melakukan semuanya agar disebut orang yang pemurah/dermawan, dan gelar itu
telah engkau peroleh”. Kemudian dia diseretlah dengan muka menghadap ke tanah
lalu dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim)
Apabila kita melakukan amal dengan tidak ikhlas, hanya
akan sia-sia karena dikotori riya’ dan
sum’ah. Semoga Allah SWT menjadikan kita
sebagai orang yang selalu berbuat dengan ikhlas, menjauhkan kita dari sifat riya’ dan sum’ah.
sumber :
Majalah Keluarga Islami NIKAH
Comments
Post a Comment
Terimakasih atas kunjungannya. Silakan tinggalkan komentar dengan bahasa yang sopan 🙏🙏🙏