Bahaya Perceraian
Perceraian merupakan
kulminasi dari penyesuaian penikahan yang buruk. Terjadi saat suami dan istri
sudah tidak mampu lagi mencari cara
penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak. Akan tetapi,
banyak pernikahan yang tidak membuahkan kebahagiaan tetapi tidak diakhiri
dengan perceraian. Hal ini didasari oleh pertimbangan agama, moral, kondisi
ekonomi, dan alasan lainnya.
Ada beberapa kondisi yang mempengaruhi stabilitas
perkawinan yang dapat mengakibatkan perceraian, yaitu :
1. Jumlah
anak
Peran anak sangat besar terhadap stabilitas
keluarga. Pasangan yang tidak mempunyai anak atau hanya mempunyai beberapa anak
lebih banyak bercerai daripada pasangan yang mempunyai banyak anak.
2. Kelas
social
Perceraian banyak terjadi pada kelompok
menengah ke atas dan kelompok ke atas.
3. Kemiripan
latar belakang
Perceraian lebih banyak terjadi antara
pasangan yang mempunyai latarbelakang kebudayaan, suku, bangsa, agama, dan
sosial ekonomi yang berbeda.
4. Saat
menikah
Tingkat perceraian yang sangat tinggi
khususnya terjadi pada orang yang menikah terlalu dini atau sebelum mempunyai
pekerjaan yang mantap.
5. Alasan
untuk menikah
Orang yang terpaksa menikah karena
pasangannya telah hamil kemungkinan untuk bercerai jauh lebih besar dari
pernikahan biasa.
6. Saat
pasangan menjadi orang tua
Makin pendek jarak interval antara saat
menikah dan lahirnya anak pertama makin tinggi tingkat perceraian.
7. Status
ekonomi
Makin rendah status ekonomi keluarga, makin
besar kemungkinan terjadinya perceraian.
8. Mempertahankan
identitas
Orang dewasa yang dapat merawat identitasnya
setelah menikah, dan mempunyai kesempatan untuk memperbaharui diri, lebih kecil
kemungkinan untuk bercerai dari pada mereka yang kehidupan dirinya sangat
dipengaruhi keluarga.
Efek
perceraian
Efek traumatic dari perceraian lebih besar
dari efek kematian, karena sebelum dan sesudah perceraian sudah timbul rasa
sakit, tekanan emosional, dan cela sosial.
Efek perceraian khususnya sangat berpengaruh
pada anak-anak dari keluarga. Anak akan merasa malu karena mereka merasa berbeda. Hal ini sangat merusak konsep
pribadi anak.
Anak-anak yang orang tuanya secara emosional bercerai, tetapi mereka masih
tinggal dalam satu rumah, jauh lebih menderita dibanding anak yang orangtuanya
bercerai secara sah.
Masalah
umum yang dihadapai pria atau wanita pasca perceraian, antara
lain :
a.
Masalah
ekonomi
Setelah bercerai, baik suami atau istri
mengalami berkurangnya pendapatan keluarga karena penghasilan suami harus
mendukung dua rumah tangga, seringkali istri harus bekerja lagi untuk
mencukupinya.
b.
Masalah
psikologis
Baik pria atau wanita cendrung merasa tidak
menentu, dan identitasnya kabur pasca bercerai.
c.
Masalah
emosional
Pasca bercerai, banyak wanita yang
perasaannya dipenuhi oleh rasa bersalah, marah-marah, benci, dendam, dan cemas
tentang hari depannya. Sehingga mengakibatkan perubahan kepribadian.
d.
Masalah
sosial
wanita yang menjanda cendrung akan tersisih. Hetherington dkk, menyebutkannya sebagai
“terkunci dalam dunia anak” karena
kehidupan sosial mereka hanya terbatas dengan sanak saudara dan teman dekat
wanita saja.
e.
Masalah
kesepian
Pasca bercerai, bagi pria cendrung merasa
kesepian khususnya selama hari-hari libur dan minggu.
f.
Masalah
seksual
Pasca bercerai, baik pria atau wanita
terhenti dalam melakukan hubunga seksual secara rutin, kecuali mereka segera
menikah lagi. Seorang janda yang mempunyai anak sering kesulitan untuk
memecahkan masalah seksualnya.
Banyak pria maupun wanita yang merasa
beruntung dengan adanya perceraian, dengan harapan bahwa perceraian tersebut
memberi kesempatan mereka untuk membangun hidup baru yang lebih baik dari yang
mereka inginkan. Namun, kenyataannya mereka menghadapi masalah yang jauh lebih berat dibanding keuntungan yang
diperoleh dari perceraian. So, hindarilah “perceraian” karena perceraian
tidak membawa kebaikan apapun, bahkan dibenci oleh Allah SWT. ^_^
sumber : psikologi perkembangan _Elizabeth B. Hurlock
Comments
Post a Comment
Terimakasih atas kunjungannya. Silakan tinggalkan komentar dengan bahasa yang sopan 🙏🙏🙏