Teori Bruner tentang Belajar Matematika
Dalam teori kognitif terdapat perspektif bahwa peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada, dengan kata lain menekankan bagaimana informasi diproses. Bruner merupakan salah satu peneliti yang mengembangkan teori belajar kognitif. Dalam hal ini, bruner menekankan pada pengelompokan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.
Dasar pemikiran teori Bruner memandang bahwa manusia
sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar
merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal
baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya.
Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu
Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu
1. Proses perolehan informasi baru
2. Proses mentransformasikan
informasi yang diterima
3. Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan
Menurut
Bruner (dalam Hudoyo,1990:48) belajar matematika adalah belajar mengenai
konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi
yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan
struktur-struktur matematika itu. Bruner, melalui teorinya itu, mengungkapkan
bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi
benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik
oleh siswa dalam memahami suatu konsep matematika.
Menurut Bruner, ada 3 model tahapan perkembangan kognitif anak, yaitu :
1.
Model Tahap Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara
langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek. Pada tahap ini anak
belajar sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan itu dipelajari secara aktif,
dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata,
pada penyajian ini anak tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata.
2.
Model Tahap Ikonik
Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana
pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imaginery), gambar, atau diagram,
yang menggambarkan kegiatan kongkret yang terdapat pada tahap enaktif. Dalam
tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal dimana
pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang
dilakukan anak, berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari
objek-objek yang dimanipulasinya.
3. Model Tahap Simbolis
Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi
simbul-simbul atau lambang-lambang objek tertentu. Pada tahap simbolik ini,
pembelajaran direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (abstract symbols), yaitu simbol-simbol
arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang
bersangkutan, baik simbol-simbol verbal (misalnya huruf-huruf, kata-kata,
kalimat-kalimat), lambang-lambang matematika, maupun lambang-lambang abstrak
yang lain. Implementasi dari model tahapan tersebut misalnya dalam mempelajari
penjumlahan dua bilangan cacah, pembelajaran akan terjadi secara optimal
jika mula-mula siswa mempelajari hal itu dengan menggunakan benda-benda konkret
(misalnya menggabungkan 3 kelereng dengan 2 kelereng, dan kemudian menghitung
banyaknya kelereng semuanya ini merupakan tahap enaktif). Kemudian, kegiatan
belajar dilanjutkan dengan menggunakan gambar atau diagram yang mewakili 3
kelereng dan 2 kelereng yang digabungkan tersebut (dan kemudian dihitung
banyaknya kelereng semuanya, dengan menggunakan gambar atau diagram tersebut/
tahap yang kedua ikonik, siswa bisa melakukan penjumlahan itu dengan
menggunakan pembayangan visual dari kelereng tersebut. Pada tahap berikutnya
yaitu tahap simbolis, siswa melakukan penjumlahan kedua bilangan itu dengan
menggunakan lambang-lambang bilangan, yaitu : 3 + 2 = 5.
Contoh penerapan teori belajar Bruner pada pembelajaran matematika di SD:
1. Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang diajarkan.
Misal: untuk contoh mau mengajarkan bentuk bangun datar segiempat, sedang-kan
bukan contoh adalah berikan bangun datar segitiga, segi lima atau lingkaran.
2. Bantu siswa untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep. Misalnya berikan pertanyaan kepada siswa seperti berikut ini ” apakah nama bentuk ubin yang sering digunakan untuk menutupi lantai rumah? Berapa cm ukuran ubin-ubin yang dapat digunakan?
3. Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri. Misalnya Jelaskan ciri-ciri/ sifat-sifat dari bangun Ubin tersebut?
4. Ajak dan beri semangat siswa untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya. Jangan dikomentari dahulu jawaban siswa, gunakan pertanyaan yang dapat memandu siswa untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya. (Anita dalam Panen, 2003).
2. Bantu siswa untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep. Misalnya berikan pertanyaan kepada siswa seperti berikut ini ” apakah nama bentuk ubin yang sering digunakan untuk menutupi lantai rumah? Berapa cm ukuran ubin-ubin yang dapat digunakan?
3. Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri. Misalnya Jelaskan ciri-ciri/ sifat-sifat dari bangun Ubin tersebut?
4. Ajak dan beri semangat siswa untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya. Jangan dikomentari dahulu jawaban siswa, gunakan pertanyaan yang dapat memandu siswa untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya. (Anita dalam Panen, 2003).
Demikianlah Teori Bruner tentang Pembelajaran Matematika. Semoga bermanfaat :)
Comments
Post a Comment
Terimakasih atas kunjungannya. Silakan tinggalkan komentar dengan bahasa yang sopan 🙏🙏🙏