
Mendidik anak adalah seni dan keahlian spesifik yang patut dipelajari. Ketidakmampuan orang tua mendidik anak secara baik sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Sunnah merupakan awal terjadinya kegagalan pendidikan anak. Mendidik anak bukanlah sebuah kinerja serampangan yang mudah dilakoni setiap orang tanpa bekal ilmu dan pengetahuan.
Mendidik anak tak lain adalah proses kinerja rumit yang memiliki sekian barometer detail, kaidah dan formula syariat, serta menerima berbagai bentuk inisiatif personal dan cara pandang psikologis yang dibangun di atas asas merealisasikan kepentingan anak dan pengembangan daya nalar mereka, wawasan, dan pencegahan mereka dari berbagai hal buruk. Berbagai kekeliruan dalam proses mendidik anak, mengakibatkan banyak terjadinya perilaku dan kebiasaan buruk ditengah mereka yang tentunya harus ditanggung akibatnya oleh orang tua dan masyarakat.
Berikut ini 10 kesalahan dalam mendidik anak yang harus dihindari oleh orang tua
1. Sikap Menyepelekan Problematika Pendidikan
Sebagian orang tua tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap pendidikan anaknya. Mereka justru membiarkan anak-anak mereka tumbuh tanpa rasa tanggung jawab sama sekali. Mereka beranggapan bahwa tanggung jawab mereka tidak lebih dari sekedar member makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal bagi anak-anak mereka.
2. Dikte orang Tua
Sikap orang tua yang selalu memantau segala aktivitas anaknya, sehingga mengabaikan kepribadian mereka, menjegal pendapat-pendapat mereka, dan menginginkan anak bersikap patuh secara membuta saja. Akibatnya anak menjadi pribadi yang sangat tertutup (in-trovert), kehilangan daya kreativitas, dan tak ada rasa percaya diri.
3. Keteladanan yang Kontradiktif
Orang tua adalah “model” bagi anak-anak. Jika orang tua memiliki budi pekerti luhur, maka anak-anak akan mengadopsi sifat-sifat positif itu. Kalau terjadi kontradiksi , misalnya orangtua memerintahkan sesuatu namun justru mengerjakan kebalikannya, pasti akan memberikan pengaruh negatif pada anak-anak mereka. Bentuk peneladanan yang kontradiktif misalnya orang tua menyuruh anak-anaknya sholat, tetapi ia sendiri justru tidak melaksanakannya.
4. Kebekuan Hati
Hukuman keras yang diklaim dapat membangkitkan kekuatan dan keberanian pada diri anak-anak kecil, sesungguhnya merupakan persepsi yang keliru. Pendidikan keras justru meninggalkan berbagai pengaruh kejiwaan yang menyakitkan pada diri anak-anak tersebut, mendorong mereka bersifat keras kepala, dan menghalangi mereka untuk cepat matang secara intelektual.
5. Meremehkan Kemungkaran
Sikap orang tua yang meremehkan terhadap berbagai kemungkaran yang dilakukan anak dengan alasan bahwa anak-anak mereka masih kecil dan menganggap anak-anak itu pasti akan berubah dengan sendirinya jika sudah dewasa.
6. Mengabaikan Realitas
Terlalu focus pada contoh-contoh klasik tanpa melakukan pembaharuan sesuai dengan tuntutan zaman. Misalnya orang tua hanya mengajarkan anak berenang, membaca, tapi justru mengabaikan berbagai ketrampilan yang dibutuhkan di zaman sekarang, seperti ilmu tentang komputer, bahasa asing, dan kemahiran berorasi.
7. Tidak Mengakui Kekeliruan
Orang tua menuduh anaknya bersalah, padahal si anak belum tentu bersalah. Memukul anak karena fitnah dan tuduhan keliru. Setelah itu orang tua sadar kalau ia telah berlaku zholim terhadap anaknya, tapi ia tidak meminta maaf dan tak mau mengakui kesalahannya.
8. Egois dalam Mengambil Keputusan
Seringkali orang tua memutuskan sesuatu tanpa bermusyawarah dengan anak-anaknya, mengambil seluruh hak memutuskan tanpa merujuk kepada setiap anggota keluarga. Cara ini bisa memunculkan sikap otoriter diantara anak-anaknya.
9. Tidak Menghormati Privasi
Soal privasi sering diabaikan orang tua. Sehingga anak-anak tumbuh tanpa mengenal tata krama, liar, dan cendrung suka melanggar hak orang lain. Salah satu contoh rill mengajarkan anak menghormati privasi sejak dini adalah meminta anak minta izin sebelum masuk ke kamar kita di waktu-waktu istirahat dan waktu-waktu tertentu, melarang anak membuka sesuatu yang tertutup yang bukan miliknya, entah itu pintu rumah, kulkas, buku atau brangkas.
10. Isolisasi
Sebagian orang tua melarang anaknya berinteraksi dengan orang-orang dewasa, melarang anaknya duduk di majelis orang dewasa. Sesungguhnya metode ini tidak tepat, seharusnya si anak hendaknnya sesekali diberi izin bergaul dengan orang dewasa agar anak dapat mengambil pelajaran dan belajar dari pengalaman-pengalaman mereka.
Sumber: buku “seni mencetak anak hebat”/Dr. Adil Syadi, Dr. Ahmad Mazid
hmm...
ReplyDeletegood.......................................................
nyimak bu
ReplyDelete